Selasa, 25 Desember 2007

Minuman Suplemen Kesehatan Kuno “Minuman Dewa”

Zaman modern ini merupakan masa dimana masalah
kesehatan menjadi perhatian utama manusia. Hal ini
karena efek pencemaran lingkungan, mutasi bibit-bibit
penyakit berbahaya, sikap dan postur tubuh manusia
yang keliru, konsumsi makan yang berlebihan dan tidak
sehat, dan kerja keras tanpa henti telah membuat tubuh
manusia modern makin lemah dan rentah terhadap banyak
jenis penyakit.
Di sisi lain, zaman ini adalah juga zaman dimana
orang-orang mampu menemukan berbagai macam penjelasan
pasti tentang sistem fisiologis, aplikasi teknik
pengobatan yang makin canggih, dan juga sistem jaminan
dan asuransi kesehatan modern yang makin rumit. Zaman
ini adalah saat dimana penemuan obat-obatan kimia
ditantang oleh obat-obat alami dan sistem kesehatan
natural pula. Maka salah satu pilihan yang saya
tukarkan kini adalah apa yang sejak lama dikenal
sebagai: "Minuman Dewa".
Minuman Dewa adalah resep warisan leluhur selama
berabad-abad yang telah dimanfaatkan oleh para raja,
bangsawan, pujangga, dan pelatih beladiri di Tanah
Jawa dan Nusa Tenggara. Akarnya diperkirakan bisa
ditelusuri dari sebuah buku kitab pengobatan kuno
berjudul Lawughiri Tattwa dari abad 10 Masehi yang
diketemukan dalam sebuah penggalian sebuah punden
berundak kuno di daerah Gunung Lawu di tahun 1922.
Tempat tepatnya adalah yang kini kita kenal sebagai
Pawon Sewu, yang terletak di dekat pos 5 Jalur Cemoro
Sewu, Gunung Lawu..
Resep ini benar-benar serupa dengan yang kini secara
tradisional masih dibuat dan dikonsumsi oleh
masyarakat Bali dan Nusa Tenggara Timur. Bersama
dengan runtuhnya Majapahit, maka memang resep ajaib
ini seakan ikut terkubur bersama sejarah. Dalam
lembar-lembar lontar yang terawetkan bersama beberapa
buliran peripih padi merah putih itu, runtutan resep
dan khasiat "Minuman Dewa" terjabarkan secara luas
dalam bentuk prosa liris yang demikian indah.
Penggunaan teh hijau dan teh hitam merupakan sebuah
jejak bagaimana pemanfaatan bahan-bahan impor dari
India dan Cina ternyata sudah dikenal luas oleh
kalangan kelas atas di wilayah Nusantara kuno. Pada
zaman itu, perkebunan Camelia Sinensis (teh modern
yang asal aslinya adalah dari pegunungan Yunnan di
China bagian selatan) belumlah dikenal luas oleh
masyarakat Nusantara. Pemerintah kerajaan-kerajaan
Nusantara mengimpornya dari para pedagang laut dari
Cina dan India. Sebaliknya Camelia Javanensis, yang
merupakan varietas teh asli dan kuno dari daerah
nusantara bagian barat dan semenanjung Malaya,
ternyata hanya dimanfaatkan dalam ritus-ritus
tradisional maupun konsumsi masyarakat kalangan bawah
(rakyat jelata) saja.
Pada umumnya kaum kecil Majapahit memanfaatkan
varietas Camelia Javanensis dengan beberapa perubahan
penting. Dengan fermentasi jangka lama, yang memakan
waktu 21 hari, maka teh jawa kuno kemudian berubah
menjadi butiran dengan bau dan rasa yang serupa dengan
teh melati yang dikenal sekarang, namun dengan tekstur
dan rasa yang lebih keras, agak memabukkan, dan
bersensasi menggigit lidah.
Campuran alkohol dan rempah yang digunakan rakyat
kecil bersama dengan Camelia Javanensis pun lebih
bervariasi dan berani. Dalam temuan-temuan rakyat di
daerah Ponorogo dan Trenggalek, diketahui
campuran-campuran aneh seperti bunga kecubung, jamur
tahi kuda, dan sebagainya. Ramuan-ramuan berbahaya itu
merupakan media ritus inisiasi bagi para pendekar muda
yang hendak meneruskan penerimaan pelajaran kesaktian
dari gurunya. Tentu saja ramuan "Minuman Dewa" yang
akan diperkenalkan pada anda semua kini adalah ramuan
menyehatkan yang benar-benar diuraikan secara asli
dalam teks resmi Majapahit. Ramuan inilah yang telah
diketahui khasiat dan keamanannya oleh para dokter dan
intelektual Majapahit.
Resep minuman ini demikianlah mudah. Bahan-bahannya
pun sangat sederhana, bahkan di perkotaan metropolis
yang modern pun bisa dibeli di supermarket dengan
harga yang amat terjangkau kantong masyarakat. Tentu
saja ada beberapa perbaikan dan penyederhanaan yang
dalam penelitian laboratorium UKY telah dinyatakan
tidak terbukti merubah khasiat dari minuman tersebut.
Dalam pupuh-pupuh yang ada, dendeng yang dipakai
adalah dendeng dari rusa. Karena daging rusa kini
sangatlah sulit didapatkan dan dilindungi habitatnya,
maka saya merubahnya dengan dendeng sapi. Demikian
pula penambahan kalajengking dan lipan ke dalam
larutan "Minuman Dewa" saya hilangkan, karena efek
lipan atau kalajengking sebenarnya lebih ditujukan
guna meningkatkan vitalitas seksual lelaki. Tentu kita
sebagai masyarakat modern tidak pernah mengharapkan
anak-anak kita mengalami pubertas dini.
Demikian juga soal alkohol. Alkohol yang dipakai di
zaman kuno adalah arak beras atau ketan, yang warisan
kearifan historisnya masih bisa kita temui di daerah
Tuban maupun Karanganyar (Bekonang). Jelas dikatakan
di pupuh kuno itu, bahwa yang wajib digunakan adalah
arak, bukan tuak. Hal ini karena tuak bersifat terlalu
asam dan tidak bisa tahan lama disimpan. Karena
Whiskey ataupun Vodka lebih mudah didapatkan, maka
saya memilih memanfaatkannya. Arak Cina yang berkadar
alkohol 70% hingga 90% tentu merupakan sebuah
kemewahan yang jarang bisa kita dapatkan.
Yang harus benar-benar diperhatikan adalah kualitas
dan keamanan alkohol tersebut. Cari dan belilah
alkohol yang dikenal baik mutunya, dan jangan
sembarangan membeli alkohol murahan. Jangan
sekali-kali menggunakan spiritus atau alkohol kimiawi.
Anda bisa mendapatkan alkohol kualitas bagus tersebut
dengan membelinya di supermarket-supermarket atau
warung-warung yang terpercaya. Jika anda kesulitan
mendapatkannya di lingkungan anda (karena tekanan
fihak-fihak fundamentalis tertentu) maka anda bisa
mencoba membuatnya sendiri di rumah.
Karena menguatnya elemen-elemen konservatif religius
dalam masyarakat, sekarang agak sulit untuk mencari
minuman keras di Indonesia. Pemerintahan Reformasi
pasca runtuhnya Orde Baru sempat mengamini dan
mengikuti saja keinginan kaum konservatrif tersebut
dalam memberangus peredaran minuman keras tersebut.
Efek dominonya makin terasa kini sejak munculnya
banyak peraturan daerah berbau syariat.
Karena resep ini juga ditujukan uintuk anak-anak,
maka tambahan kalajengking maupun lipan yang beresiko
mengakibatkan pubertas dini sengaja saya hilangkan.
Hingga abad 15, seksualitas memang tidak dikekang dan
ditabukan oleh masyarakat maupun otoritas
negara-negara di wilayah nusantara/Asia tenggara,
sehingga pubertas remaja serta ekspresi seksualnya pun
dihargai sebagai sebuah fase pencapaian kedewasaan
yang patut disyukuri dan dimengerti. Tentu bagi mereka
yang kini berniat hendak menambahkan lipan atau
kalajengking ke dalamnya pun tidak saya larang (selama
ia cukup dewasa), karena dalam pupuh aslinya pun bahan
tersebut jelas-jelas tercantum dengan segala puja-puji
khasiatnya.
Sepanjang eksperimen saya terhadap saya sendiri
maupun beberapa orang pasien saya, efek konsumsi
Minuman Dewa ini boleh dikatakan tidak ada. Bahkan
konsumsi yang agak berlebih dan dilakukan pada waktu
pagi sebelum makan pun tidak mengakibatkan efek
negatif apapun seperti maag atau jantung yang
berdebar-debar. Nafsu makan beberapa pasien saya pun
menjadi makin meningkat, yang anehnya tidak
menimbulkan efek kegemukan atau munculnya jenis
penyakit internal lainnya.
Di bawah ini saya akan memberikan gambaran resepnya
kepada anda:

Bahan-bahan
1.buliran/bubukan teh hijau sebanyak 4 sendok makan
2.buliran/bubukan teh hitam sebanyak 4 sendok makan
3.alkohol minum kadar tinggi (± 40%) seperti Whiskey,
Vodka, atau Arak sebanyak 600 ml
4.Dendeng sapi dua kerat kecil
5.kunyit putih 4 penggalan umbi. Dipotong-potong tipis
6.jahe 4 penggalan umbi. Dipotong-potong tipis
7.adas 2 sendok teh
8.kayu manis 2 kerat. Ukuran per kerat adalah ± 6 cm.
9.madu 2 sendok makan
10.gula aren setangkup (dua buah)
11.garam 2 sendok makan
12.air 500 ml

Peralatan
1.dua buah rantang yang cukup lebar. Pada tulisan
kuno, diujarkan pentingnya penggunaan periuk tanah
liat dibandingkan dengan periuk logam. Logam yang
diterima di zaman itu untuk membuat "Minuman Dewa"
adalah yang terbuat dari tembaga atau emas saja. Namun
demikian, saya menerima penggunaan stainless steel,
sepanjang terjaga higienenya.
2.kompor. Konon jika anda bisa mempergunakan tungku
kayu atau arang batok, hal ini akan lebih menghasilkan
ramuan "Minuman Dewa" yang lebih nikmat.
3.sendok pengaduk. Gunakan sendok pengaduk terbuat
dari kayu atau bambu. Untuk logam, gunakan logam
tembaga.
4.sendok takar.
5.alat penyaring atau kain kasa yang bersih. Usahakan
bahannya tidak terbuat dari bahan sintetis.
6.corong plastik untuk mengalirkan cairan ke dalam
botol
7.dua botol penyimpan ukuran 1 liter. Botol ini anda
bisa dapatkan sebagai sisa botol minuman keras
merk-merk murahan, seperti Topi Miring, dan
sebagainya. Botol-botol ini juga biasa dipergunakan
oleh para pedagang bensin eceran untuk menyimpan
bensin jualan mereka.
8.sumbat gabus, karet, atau plastik yang higienis
9.kertas koran atau lembaran aluminium foil.

Cara memasak
1.Tuangkan air 500 ml dalam rantang. Jangan sampai air
itu lebih tinggi dari batas 2/3 tinggi rantang.
2.Tambahi dengan teh hijau, teh hitam, kunyit putih,
adas, kayumanis dan jahe. Aduk-aduklah semua bahan
hingga merata basah oleh air dalam panci. Hal ini akan
memudahkan proses penyerapan zat-zat gizi dari bahan
ke air yang natinya akan direbus.
3.Rebuslah ramuan tersebut hingga mendidih.
Pertahankan pemasakan air hingga air ramuan menyusut
hingga separuhnya.
4.Masukkan garam dan gula aren. Aduk hingga aren
maupun garam mencair dan menyatu dengan larutan itu.
5.Matikan api, dan tutup dengan tutup panci
rapat-rapat agar zat-zat berkhasiat tidak menguap
percuma ke udara.
6.Tunggulah ramuan tersebut hingga dingin. Jangan
lakukan pendinginan instan dengn cara perendaman panci
dengan air dingin, karena akan mengakibatkan munculnya
ketidakimbangan kimiawi yang berbahaya.
7.Saringlah ramuan tersebut dengan kain atau kasa, ke
dalam rantang kedua yang bersih dan kosong.
8.Tambahkanlah madu dan alkohol ke dalam cairan yang
sudah murni tersebut. Aduk-aduklah hingga cairan
merata.
9.Masukkan larutan itu dalam botol.
10.Tambahkanlah dendeng dalam larutan itu.
11.Tutuplah rapat-rapat dengan sumbat.
12.Selubungi botol yang sudah berisi "Minuman Dewa"
dengan aluminium foil atau kertas koran, hingga cahaya
matahari tidaklah bisa menembus masuk ke dalam botol.

Jika anda beruntung mendapatkan botol terbuat dari
porselen atau tembikar yang baik, maka anda tentu saja
tidaklah perlu menyelubunginya dengan kertas atau
aluminium foil. Ada pertanyaan, jika kita
mempergunakan botol kaca warna apakah kita tetap perlu
menyelubunginya dengan kertas atau aluminium foil?
Jawabannya adalah ya, karena tentu saja spektrum
cahaya satu warna pun berefek besar bagi ramuan
penting seperti "Ramuan Dewa".
Spektrum merah, yang berlebihan misalnya, bisa
menjadikan "Minuman Dewa" berubah menjadi aprodisiak
kuat, yang tentunya tidak cocok bagi anak-anak atau
pelajar. Spektrum hijau yang berlebihan, mengakibatkan
"Minuman Dewa" berubah menjadi obat tidur yang amat
kuat, yang membuat seorang dewasa tertidur hingga 3
hari 3 malam. Memang tidak ada efek racun yang
dimunculkan oleh spektrum-spektrum warna tersebut,
bahkan kadangkala minuman tersebut berfungsi penting
untuk pengobatan penyakit-penyakit yang lebih khusus.
Namun demikian, kekhususan itu akan menggeser fungsi
dan khasiat holistiknya.
Yang jelas, tidaklah disarankan sama sekali untuk
menyimpan ramuan tersebut dalam botol yang terbuat
dari plastik atau melamin, karena zat-zat racun dalam
plastik atau melamin akan bereaksi sangat cepat dengan
"Ramuan Dewa" sehingga menghasilkan zat karsinogenik
yang sangat berbahaya. Hal ini karena sifat "Minuman
Dewa" yang demikian ajaib, yang bisa menguraikan
racun-racun yang mengendap lama dalam sebuah media
(walau media sekeras batu sekalipun). Jika kita
meminumnya, maka "Minuman Dewa" bersifat detoksifikan,
yang menarik racun yang lama mengendap dalam tubuh,
dan kemudian mengeluarkannya lewat feses (tinja) dan
urin kita. Sebaliknya jika kita menempatkan "Minuman
Dewa" dalam wadah dari bahan kimiawi yang beracun,
maka bahan kimiawi itu akan lumer masuk ke dalam
cairan "Minuman Dewa" kita. Tentu saja "Minuman Dewa"
tersebut sudah berubah wujudnya, menjadi "Cairan
Setan".
Simpanlah larutan Minuman Dewa tersebut di tempat
yang sejuk, kering, dan jauh dari sinar matahari
langsung. Suhu yang ideal adalah sekitar 15º C hingga
27º C, dengan kelembaban anatara 30% hingga 60%. Tidak
disarankan untuk menyimpan minuman ini dalam lemari
es, karena akan menghalangi proses germentasinya yang
berkelanjutan. Penempatan di tempat yang cukup mudah
bagi masyarakat miskin kota adalah di bawah kolong
tempat tidur, atau ditempatkan dalam keranjang
mendong.
Paling tidak inapkan 3 malam sebelum anda
mengkonsumsi minuman tersebut. Hal ini agar fermentasi
lanjutan berlangsung dengan leluasa, dan dendeng sapi
yang dimasukkan dalam larutan tersebut bersenyawa dan
menghasilkan khasiat istimewa. Kasiat dendeng itu
adalah untuk membuat asupan protein nabati maupun
hewani yang kita konsumsi sehari-hari tidak hanya
terserap dalam otot dan badan bawah kita saja, namun
juga secara optimal terserap oleh otak kita. Inilah
salah satu efek ajaib "Minuman Dewa" yang tak bisa
dilakukan oleh berbagai suplemen lainnya.
Minumlah "Minuman Dewa" tersebut sesloki pada waktu
pagi hari sesudah makan, dan sesloki lagi sebelum
tidur. Dengan mengkonsumsi "Minuman Dewa" tersebut,
maka kesehatan anda akan selalu terjaga. Larutan
tersebut ampuh untuk mencegah anda terserang penyakit
jantung koroner, penyempitan pembuluh darah, anemia,
kegemukan, gagal ginjal, penyakit hepatitis,
paru-paru/TB, maag, syaraf terjepit, diabetes, dan
sebagainya. Minuman ini akan meningkatkan kemampuan
ingatan, daya analitis, dan juga koneksi antar syaraf
yang mengendor seturut dengan bertambahnya umur.
Penyakit-penyakit stroke dan kencing batu pun bisa
disembuhkan dengan pasti. Selain itu ia bisa
mengobati penyakit-penyakit yang sifatnya psikologis
seperti stress, depresi, insomnia, paranoia ringan,
gejala psikopati, dan fundamentalisme.
"Minuman Dewa" memiliki kualitas detoksifikan yang
luarbiasa, sehingga orang-orang yang pernah
mengkonsumsi berbagai jenis obat-obatan berbahaya,
pecandu narkoba, dan mereka yang bertahun-tahun hidup
di tempat-tempat berbahaya seperti pertambangan atau
pabrik kimia akan menerima khasiat ajaibnya. Sehari
setelah seorang pecandu narkotika meminum "Minuman
Dewa", maka mereka akan segera mengeluarkan tinja yang
berwarna amat hitam, dan urin yang berwarna merah
darah. Setelah itu, maka keinginan mereka untuk
mengkonsumsi narkotika akan menurun drastis. Hal ini
juga karena efek citarasa "Minuman Dewa" yang sangat
enak, melebihi nikmatnya rasa narkotika atau makanan
sajian koki teristimewa.
Bagi anak-anak, konsumsi "Minuman Dewa" ini juga akan
merangsang pertumbuhan tubuh, mengatasi obesitas,
merangsang meningkatnya IQ, dan kemampuan interaksi
sosial anak. Dalam penelitian ilmiah UKY diketahui
fakta anak-anak umur 13 tahun yang meminum "Minuman
Dewa" secara rutin rata-rata naik tinggi badannya
antara 10 cm hingga 15 cm per bulan, sementara itu IQ
mereka bertambah secara gradual antara 10 hingga 20
poin. Ada seorang anak bernama Hotman yang sebelumnya
ber-IQ hanya 85 (termasuk anak yang kurang cerdas)
setelah minum "Minuman Dewa" secara rutin selama 3
bulan, dalam pemeriksaan spikologis naik IQ-nya
menjadi 145 (mendekati jenius).
Bagi anak-anak penderita autis pun minuman ini
sungguh berguna untuk meningkatkan koneksi antar
syaraf dan mengaktifkan organ-organ otak yang
sebelumnya kurang bagus. Bagi anak-anak dengan sikap
antisosial yang tinggi, akan segera berubah. Mereka
akan berubah menjadi anak-anak yang periang dan mudah
bergaul. Dengan sering meminum cairan ini, maka kontak
sosial dan emosi anak-anak yang sebelumnya kurang
terbangun ini diharapkan bisa mulai tumbuh.
Dosis untuk anak-anak pun sama dengan dosis untuk
orang dewasa. Dianjurkan anak-anak mulai mengkonsumsi
"Minuman Dewa" ini mulai usia 2 atau 3 tahun, yaitu
saat ia mulai bisa mengkonsumsi banyak makanan padat.
Tentu saja anda perlu mencegah agar anak anda tidak
terlalu banyak merengek meminta minuman ini, karena
rasanya memang demikian enak. Lebih nikmat daripada
semua jenis sirup yang ada di dunia. Boleh dikatakan
rasa "Minuman Dewa" yang khas dan demikian enak akan
membuat anak anda tidak perlu dibujuk-bujuk lagi untuk
mau mengkonsumsinya. Para orang dewasa pun akan merasa
suka akan citarasanya yang demikian alami dan segar.
Bagi orang dewasa, peningkatan konsumsi minuman ini
sebanyak 500 ml dalam sehari pun relatif aman, karena
sifat suplemen minuman ini. Dengan banyak mengkonsumsi
minuman ini, maka tubuh dan fikiran akan menjadi lebih
santai, ringan, dan kita akan menjadi lebih gembira.
Tentu saja tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi minuman
ini tanpa batas, karena akan menimbulkan kemabukan.
Ketidakbolehan konsumsi yang berlebihan ini bukan
karena sifat dasarnya yang berbahaya. Minuman ini
sangat aman, sama amannya dengan kebab atau nasi
goreng. Seperti halnya semua jenis makanan atau
minuman lainnya, konsumsi yang berlebihan akan bisa
membahayakan kesehatan.
Memang pada bagian terakhir pupuh kuno dari Gunung
Lawu itu, diketemukan saran penambahan Puspa tujuh
jari yang sangat indah dari Singkel Swarnadwipa.
Daerah Singkel itu kira-kira ada di bagian barat Acheh
kini. Apa artinya bunga Singkil, masih menjadi
perdebatan bagi banyak peneliti. Apakah hal ini
mengartikan bahwa pemanfaatan bunga ganja (yang
tentunya amat melanggar hukum di zaman modern kini)
dimahfumkan oleh para dokter kuno zaman Majapahit?
Ataukah bunga Singkil itu merupakan varietas tumbuhan
lain yang berkhasiat sewajarnya? Tentu saja untuk
menghindari kontroversi maupun penyalahgunaan yang
fatal, maka uraian akhir di teks kuno itu hanya
menjadi cakupan perbincangan dan teka-teki bagi para
ahli ilmu arkeologi, etimologi bahasa, etnologi, dan
botani saja.
Karena kandungan alkoholnya yang ajaib dan
berdayaguna, maka minuman ini bersifat awet, dan bisa
disimpan selama bertahun-tahun, bahkan berabad-abad
tanpa mengalami kerusakan apapun. Dalam penggalian
arkeologis yang dilakukan oleh Jurusan Arkeologi
Universitas Kertanegara Yogyakarta (UKY) di daerah
Tuban pada tahun 1978, telah ditemukan 4 buah guci
porselen Cina yang diperkirakan berasal dari era-era
akhir kekuasaan Majapahit (± abad 15), yang berisikan
cairan berpendar cahaya demikian terang, berbau amat
harum seperti semerbak bunga, dan berwarna hijau
kecoklatan namun terlihat demikian jernih seperti batu
mulia. Setelah diteliti oleh Badan Arkeologi Nasional,
kandungan cairan dalam guci tersebut persis sama
dengan "Minuman Dewa" di pupuh pengobatan kuno yang
diketemukan oleh seorang arkeolog berkewarganegaraan
Swiss bernama Ulrich Lorenz di Gunung Lawu pada tahun
1922.
Dalam pengujian pada beberapa ekor mencit di
Laboratorium Ilmu Biologi Terapan UKY, dihasilkan
fakta laboratoris bahwa kualitas minuman tersebut
masih dalam keadaan prima, dengan efek kesehatan dan
fisiologis yang luarbiasa menakjubkan. Mencit yang
awalnya hanya berukuran panjang 10 cm kemudian secara
gradual tubuhnya tumbuh memanjang menjadi hampir 30
cm. Otot-otot mereka pun tumbuh menjadi lebih liat.
Bulu-bulu mereka pun menjadi bertambah panjang. Sistem
reproduksi dan tingkatan koordinasi otak mereka pun
meningkat pesat.
Mencit-mencit itu menjadi terampil menggunakan
alat-alat seperti stick kayu untuk membuat tangga, dan
mereka pun secara mengejutkan mulai dapat mengenali
dan membedakan huruf-huruf/kode-kode. Ada temuan yang
masih diperdebatkan hingga kini tentang peningkatan
kapasitas tengkorak mencit, apakah hal itu berbanding
lurus dengan pertumbuhan panjang mencit-mencit itu.
Ataukah merupakan sebuah revolusi genetika. Sayangnya
penelitian lebih lanjut pada hewan yang lebih kompleks
seperti monyet atau simpanse tidak sempat dilakukan,
berhubung keterbatasan dana yang diderita oleh UKY
sejak tahun 80-an.
Dalam fakta sejarah, sejak tahun 30-an resep "Minuman
Dewa" memang secara rahasia mulai banyak dipakai
sebagai obat mujarab di Swiss, Austria, maupun Jerman.
Hitler pada tahun 1938 sempat memerintahkan para
ilmuwan biologinya untuk mengekstrak minuman ini dalam
rangka mimpi muluknya untuk menjamin kualitas genetik
ras Jerman. Dalam beberapa catatan sejarah tertutup
mengenai Nazi, semua perwira SS sejak tahun 1936 telah
diwajibkan untuk mengkonsumsi minuman ini secara
teratur. Temuan-temuan ilmiah para ilmuwan biologi
Nazi mengenai "Minuman Dewa" ini merupakan hasil
capaian penelitian para ahli arkeologi maupun
antropologi Nazi, yang telah dilakukan secara sangat
intensif dan tersembunyi di Jawa, Bali, dan Tibet
sejak medio tahun 20-an.
Pasca kekalahan Nazi Jerman di Perang Dunia II, para
ilmuwan Amerika Serikat dan Uni Sovyet kemudian
mengambil alih riset mengenai "Minuman Dewa" ini,
walau kemudian hampir semua temuannya ditelantarkan
dan kurang dipublikasikan dalam jurnal-jurnal ilmiah
kesehatan maupun biologi. Beberapa artikel terakhir
mengenai isu "Minuman Dewa" ini terangkum dalam The
North American Journal of Biology, edisi II (summer),
tahun 1954. Hal ini mungkin berkaitan dengan
meningkatnya sentimen buruk dari para peneliti
kesehatan zaman itu terhadap bahaya alkohol bagi
masyarakat. Bisa jadi hal itu merupakan hasil upaya
kelompok industrialis kimia dan obat-obatan dalam
menghalangi masyarakat dunia mengetahui tentang
minuman ajaib ini. Bayangkan saja, jika obat-obatan
modern kemudian tidak diperlukan lagi? Bagaimana bisa
lalu para kapitalis itu mengeruk untung besar dari
masyarakat?
Perkembangan riset oleh para peneliti Sovyet pun
diperkirakan terhalang oleh sikap-sikap Stalin yang
terlalu otoriter dan ganas. Namun demikian, ada sebuah
jurnal rahasia dari ahli kedokteran asal Kazakhstan
bernama Ruslan Akhmedov yang menguraikan secara
lengkap temuannya tersebut. Sayang sekali Dr. Ruslan
hilang pada tahun 1955 oleh sebuah kecelakaan pesawat
di daerah pegunungan Ural. Bersama dengan meninggalnya
beliau maka berhenti pulalah lembaga risetnya di Ural.
Ada banyak kecuriagaan tentang kematiannya. Sebagian
menyebutkan CIA (US) atau MI7 (Inggris) yang
membunuhnya demi menghalangi Sovyet mendapatkan
kemampuan untuk meningkatkan kecerdasan dan kesehatan
rakyatnya. Di sisi lain, para pejabat barat menuduh
KGBlah yang telah membunuh Dr. Ruslan, karena
kritik-kritiknya terhadap pemaksaan penggunaan teori
Leninisme dalam pengajaran ilmu perkembangan evolusi
genetika. Untunglah, pada tahun 204 sisa tulisan riset
Dr. Ruslan berhasil didekodekan oleh tim ahli UKY dari
catatan hariannya yang berhasil diselamatkan oleh cucu
perempuannya yang kini tinggal di Paris.
Kini bukti-bukti tentang khasiat alkohol bagi
kesehatan pun mulai terkuak dan tak terbantahkan lagi.
Secara laboratoris, alkohol nyata-nyata sangat berguna
bagi kesehatan jantung, otak, pembuluh darah,
regenerasi sel, ginjal, hati, dan sebagainya. Para
dokter modern pun dengan malu-malu mulai menyarankan
konsumsi alkohol bagi para pasiennya. Klaim-klaim para
moralis dan konservatif religius tentang bahaya dan
jahatnya alkohol pun secara alamiah menjadi gugur.
Sayang sekali di Indonesia, penyadaran kepada
masyarakat luas tentang keutamaan konsumsi minuman
keras (dan juga "Minuman Dewa") masih sangat
dihalang-halangi oleh kaum fundamentalis konservatif
tersebut. Sementara itu kaum progresif dan rasional di
Indonesia pun masih amat sedikit dan takut-takut untuk
membela apa yang nyata-nyata memang telah terbukti
kebenarannya oleh alam dan ilmu-ilmu kedokteran
modern.
Di Tibet maupun Bhutan pun, resep "Minuman Dewa"
tersebut juga diketemukan dengan variasi resep yang
agak berbeda (dengan penggunaan rempah yang agak
banyak). Beberapa sekte keagamaan kuno di pegunungan
Himalaya masih secara rutin mengkonsumsi minuman ini
dalam upacara harian mereka (fakta yang mengejutkan,
upacara itu dilaksanakan 2 kali sehari, di waktu pagi
dan sore hari), dalam rangka menjaga vitalitas para
rahib dalam menghadapi keganasan alam Himalaya yang
membekukan.
Dalam variasinya, beberapa sekte yang mengutamakan
vegetarianisme tidak memanfaatkan daging sapi atau yak
dalam ramuan mereka. Tentu saja penggunaan mentega
dari susu yak yang diterapkan dalam resep mereka juga
tak pernah dikenal dalam resep-resep kuno di Jawa,
Bali, maupun Nusa Tenggara Timur. Ada pula
laporan-laporan etnologis yang menyatakan bahwa
Minuman Dewa ini juga dikenal secara tersembunyi pada
kaum tantris di wilayah-wilayah gurun India Tengah.
Oleh sebab itu, kita tak bisa mengelak lagi. Minumlah
"Minuman Dewa" ini secara teratur, maka tubuh dan jiwa
anda akan menjadi sehat dan kuat. Kita sebagai
masyarakat pewaris asli "Minuman Dewa" tentu saja
memiliki sebuah tanggungjawab kultural dan moral untuk
menggunakannya lagi dalam kehidupan sehari-hari
berbangsa dan bernegara. Hal tersebut amatlah penting
dalam upaya mengentaskan negeri kita ini dari berbagai
kebobrokan dan ketertindasan yang mengungkung rakyat
negeri ini.
Dengan meminum minuman ini, kita berharap agar rakyat
bisa meningkatkan mutu kesehatannya, meski dia adalah
seorang yang miskin. Kita juga berharap agar
penggunaan obat-obatan dan Rumah Sakit-Rumah Sakit
modern yang dikendalikan oleh para industrialis dan
kapitalis serakah bisa digeser oleh ramuan lokal kita
yang begitu menakjubkan khasiatnya. Hal ini merupakan
bentuk perlawanan tanpa henti pada kejahatan bengis
kapitalisme, yang telah merusak alam, mencuci otak
manusia, dan mengakibatkan kemiskinan rakyat di
negara-negara dunia ketiga. Ramuan ini juga menjadi
jalan keluar rakyat Indonesia dari kungkungan
mitos-mitos tentang keburukan alkohol yang sedemikian
lama telah dihembus-hembuskan oleh para propagandis
fundamentalis.
Dengan adanya "Minuman Dewa", maka kita juga berharap
generasi mendatang Indonesia adalah generasi yang
kuat, sigap, cerdas, tinggi besar, dan memiliki
kepribadian yang bijaksana: sekuler, peduli pada alam,
dan demokratis.

____________________________________________________________________________________
Be a better friend, newshound, and
know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.

http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ

1 komentar:

Anonim mengatakan...

thanks infonya

SiteSearch Google

Google