Kamis, 06 Desember 2007

Meditasi WC

Secara tradisional ada kepercayaan bahwa lobang WC merupakan sebuah gerbang dari alam bawah ke alam manusia. Dari sana para mahluk halus yang kelaparan mengharapkan sedikit karunia energi positif dari manusia, berupa tai dan pipis. Sungguh menyedihkan bukan. Kita saja demikian jijik dengan tinja dan air seni kita sendiri, sementara mereka para lelembut kelaparan itu menganggapnya sebuah harta yang perlu diperebutkan.
Kita sering mendengar mitos bahwa jimat-jimat akan menjadi luruh kekuatannya saat kita bawa ke kamar mandi. Apakah hal itu benar? Jawabannya adalah ya dan tidak. Untuk jimat-jimat non yoga merah hitam, maka kekuatannya akan menjadi luruh, karena jimat-jimat itu memang dirancang dan dipenuhi dengan beban norma-norma kebersihan, kesucian, dan kemurnian. Energi positif yang tertera dalam jejimatan tersebut, kemudian menjadi hasil perampokan dari energi positif dari alam. Padahal kaum dedemit kelaparan, seperti halnya kaum proletar dalam segala jenis kehidupan, memiliki kualitas revolusioner. Mereka akan berjuang melakukan revolusi sosial menambil alih energi yang terakumulasi dalam jimat-jimat itu.
Hal itu berbeda dengan piranti-piranti dari yoga merah hitam, yang secara alami bersifat kerakyatan. Tak ada akumulasi energi yang terprivatisasikan dan dikuasai oleh kaum kapitalis-konservatif-fundamentalis spiritual. Karena sifat energinya yang open source, dan terbuka dimanfaatkan oleh semua mahluk yang berdekatan dengannya, maka energinya justru akan semakin menguat bersama dengan bersatunya seluruh elemen-elemen gaib kerakyatan. Karena sifatnya yang menjauhi konsep kemurnian dan kesucian, maka kaum dedemit sosialis, kaum dewa sosialis, dan kaum manusia sosialis pun dengan sukarela membagikan energi kekuatannya secara sementara dan gotong royong. Alam pun merestui proses pembentukan karma baik yang bersifat selalu sementara tersebut.
Oleh karena itu, sebagai pelaku yoga merah hitam, kita perlu memiliki solidaritas dan empati terhadap kaum lelembut yang kelaparan itu. WC merupakan tempat yang amat ideal bagi kita untuk melakukan latihan meditasi -+ (tanglen). Sambil kita jongkok atau duduk di atas jamban, kita memejamkan mata atau membuka mata, lalu menyedot nafas dalam menggunakan hidung sambil berkata dalam hati “karma buruk”. Kita bayangkan karma buruk dari mahluk halus kelaparan itu kita sedot. Ambil nafas itu dalam-dalam dan sukarela. Lalu hembus keluar nafas sambil berkata dalam hati “karma baik”. Kita berdoa agar mereka mendapatkan karma yang baik, terjauhkan dari fundamentalisme dan konservatifisme dalam kehidupan mereka. Kita perlu bertekad kuat bahwa apa yang kita lakukan membuat mereka bisa bahagia dan sejahtera.
Dengan demikian, kita bertindak menjadi semacam mesin produsen karma baik yang menyebar luaskan energi itu secara gratis. Kita perlu mengenali sebuah konsep mendasar, bahwa dengan memberi energi baik ke lingkungan kita, dan sukarela mengambil karma buruk ke dalam diri kita untuk kita rubah menjadi karma baik yang akan kita sebarkan, maka kita pun sedang memproduksi karma baik kepada diri kita sendiri. Dengan membentuk komunitas karma baik di lingkungan kita, maka kita pun akan tertolong untuk hidup secara lebih baik. Seperti kita tahu bersama, kita tak bisa membuat karma baik sendirian.
Meditasi WC perlu kita lakukan setiap kita berada di WC, artinya baik kita sedang beol, pipis, cuci kaki tangan, atau sedang mandi, kita perlu melakukannya. Hal itu lama-lama akan menjadi sebuah kebiasaan yang baik, membuat chi/prana positif berkeliaran di mana pun kita berada.

Tidak ada komentar:

SiteSearch Google

Google